Biaya Pernikahan Adat Betawi – Pernikahan adat Betawi terkenal kemeriahan serta keunikannya. Salah satu tradisi paling kental dinilai adatnya yakni tradisi seserahan sebelum acara pernikahan dimulai.
Nah, dengan seserahan begitu banyak dan bervariasi, tentunya biaya pernikahan adat Betawi tidaklah murah.
Apabila kalian merupakan orang Betawi atau calon mempelai kalian termasuk orang Betawi, maka melangsungkan upacara perkawinan dengan adat Betawi merupakan pilihan terbaik untuk kalian coba.
Selain penuh kemeriahan, pernikahan adat ini pun memiliki sejarah dan nilai-nilai sakral bisa dipercaya memberikan kelanggengan bagi para pasangan.
Sejarah Pernikahan Adat Betawi
Indonesia merupakan negara kental unsur kebudayaan. Salah satunya yaitu budaya Betawi merupakan kebanggaan dari masyarakat Suku Betawi berlokasi di Jabodetabek dan sekitarnya. Contoh tradisi unik dimilikinya yakni pernikahan adat Betawi yang penuh tahapan-tahapan begitu sakral.
Walaupun berlokasi di pusat perkotaan semakin tergerus oleh perkembangan dunia modern, namun Suku Betawi masih mempertahankan tradisi dan budayanya. Hal ini ditunjukkan dari pernikahan adat Betawi yang terkenal prosesinya unik dibandingkan daerah lain.
Menurut sejarahnya, pernikahan adat Betawi merupakan gabungan dari beberapa kebudayaan yang berbeda yakni Jawa, Sunda, Melayu, Tionghoa, Arab (Timur Tengah), sekaligus negara-negara Barat. Proses adat pernikahan dimulai sejak VOC pada masa pimpinan Jan Pietersszoon Coen (Gubernur Hindia Belanda tahun 1557-1629)
Hal tersebut terjadi karena dulunya Batavia (akhirnya diserap menjadi nama Betawi) merupakan pusat kota tujuan dari berbagai suku dari daerah lain maupun dari luar negeri. Berbagai etnis pun berkumpul seperti halnya Jawa, Sunda, Belanda, Bugis, Melayu, Tionghoa, Arab, Batak, Bali,Inggris, Ambon, hingga bangsa Portugis.
Tak heran, adat istiadat dimiliki oleh suku ini begitu unik. Hal tersebut bisa dilihat dari pakaian yang digunakan oleh pengantin pria maupun wanita begitu unik karena perpaduan dari berbagai etnis berbeda.
Dalam pernikahan Betawi, terdapat tradisi dinamakan sebagai “Seserahan”. Nah, tradisi ini sendiri dimulai sejak tahun 1600-an pada masa VOC berfungsi sebagai jaminan keamanan bagi para wanita yang akan di bawa ke Hindia Belanda.
Saat itu, seserahan dijaminkan berupa seperangkat busana secara lengkap. Nantinya, perempuan tersebut akan hidup dengan layak setelah menikah. Bahkan, di beri jaminan rumah tempat tinggal dan uang kebutuhan sehari-hari selama di Belanda.
Setelah itu, perempuan tersebut wajib menetap di Belanda selama 15 tahun sebelum bisa pulang lagi ke Indonesia. Berkaca dari hal inilah tradisi seserahan akhirnya di serap masyarakat lokal Betawi hingga saat ini walau secara tujuannya berbeda.
Jenis Pakaian Adat Perkawinan Betawi
Pakaian adat Betawi sangatlah unik karena menggabungkan beberapa budaya sekaligus. Namun yang paling menonjol yakni terdapat corak dari Budaya Melayu, Tionghoa, dan Arab. Berikut rinciannya:
1. Dandanan Care Haji
Pengantin pria mengenakan pakaian adat disebut sebagai “Dandanan Care Haji”. Ciri khasnya yakni pakaian berupa jubah dengan warna cerah serta dihiasi oleh manik-manik menyesuaikan dengan warna jubah.
Terdapat pula penutup kepala layaknya sorban dihiasi dengan untaian bunga melati/kantil hingga sepanjang bahu. Dari segi ornamen atau hiasannya, pakaian pria jauh lebih simpel dibandingkan dengan pakaian wanita.
2. Dandanan Care None Pengantine Cine
Untuk pakaian perempuan dinamakan sebagai “ Dandanan Care None Pengantine Cine”. Secara tampilan hampir mirip dengan pakaian adat Jawa, namun lebih meriah baik dari warnanya maupun asesoris dan tampilannya.
Beberapa bagian pakaian adat Betawi perempuan yaitu Tuaki, Kun, Sanggul, Siangko Bercadar, Kerabu, Kalung Tebar, Sumping, hingga Sanggul. Semuanya berpadu dalam warna cerah memancarkan keindahannya.
Susunan Acara Pernikahan Adat Betawi
Dibandingkan dengan adat pernikahan dari daerah lainnya di Indonesia, bisa dikatakan bahwa susunan acara pernikahan adat Betawi merupakan yang terlengkap.
Bagi masyarakat daerah lain mungkin hanya mengenal tradisi “lempar pantun” dan tradisi “seserahan” saja, namun susunannya jauh lebih kompleks yang meliputi:
1. Ngedelengin
Tradisi perkawinan adat Betawi diawali dengan ngedelengin. Nah, ngedelengin sendiri berasal dari kata “deleng atau ndelengi” artinya melihat. Jadi, bisa diartikan sebagi proses perkenalan dengan melihat orang yang akan menjadi calon pasangan.
Di sini, peran Mak Comblang dibutuhkan sebagai juru bicara untuk mewakili pihak keluarga mempelai pria.
Mak Comblang langsung memberitahukan tentang berbagai hal terkait pihak pria, termasuk proses pernikahannya. Jika pihak perempuan cocok dan menerimanya, maka harus memberikan uang sembe.
Nah, mempelai perempuan pun langsung menggantungkan ikan bandeng di depan rumahnya sebagai tanda bahwa anak gadis tersebut sudah memiliki calon suami.
2. Ngelamar
Saat ini, tradisi “Ngedelengin” umumnya sudah tidak dilakukan lagi karena membutuhkan banyak biaya sehingga langsung ke tahap ngelamar atau melamar. Ini merupakan tradisi resmi dengan meminta calon perempuan untuk menikahi calon mempelai pria.
Dalam hal ini, Mak Comblang pun dibutuhkan sama seperti pada acara Ngedelengin.
Proses lamaran juga seringkali dilakukan dengan tukar cincin, jika sudah resmi lamaran disebut sebagai tunangan. Selain itu, proses lamaran juga akan membicarakan tentang berbagai resepsi pernikahan seperti tanggal resepsi pernikahan, kekudang, seserahan, hingga plangkah (jika calon pengantin mendahului kakak kandungnya).
Dalam proses lamaran adat Betawi, ada 4 barang yang wajib dibawa atau tak boleh ditinggalkan yakni:
- Sirih embun
- Roti tawar
- Pisang raja
- Sembah lamaran
3. Tande Putus
Tande putus berlaku satu minggu setelah acara lamaran dari pihak mempelai pria atau wanita. Hal ini ditandai dengan Mak Comblang yang akan membawa tande putus menjadi tanda pengingat antara kedua calon tersebut. Hal ini untuk menyiratkan bahwa pihak pria atau wanita sudah terikat serta tidak boleh diganggu oleh orang lain.
Dalam acara ini, pihak perempuan pun akan meminta sesuatu menjadi mas kawin. Apabila si wanita tersebut mengatakan “None kite minta mate kembung seperangkat”, maka itu artinya ia minta mas kawin berupa emas dengan bermata intan asli. Lalu jika mengatakan “None kite minta mate bandeng seperangkat”, maka tandanya ia meminta seperangkat emas atau berlian.
4. Masa Dipiare
Setelah Tande Putus dan waktunya berkisar satu bulan mendekati masa pernikahan, maka pihak perempuan akan menjalani masa dipiare. Jadi, si pihak wanita akan dipelihara dan dirawat oleh tukang piare selama sebulan penuh.
Walau demikian, tradisi ini sudah jarang dilakukan mengingat kebanyakan perempuan saat ini memiliki pekerjaan tersendiri.
Hal ini karena selama masa dipiare, pihak perempuan harus mengikuti program diet, perawatan kesehatan tubuh, perawatan kecantikan, atau berbagai hal lainnya yang akan membuatnya tampil lebih cantik, sehat, serta juga bahagia. Masa dipiare biasanya akan berakhir 2 hari sebelum berlangsungnya acara pernikahan.
5. Siraman
Siraman merupakan tradisi memandikan calon mempelai wanita yang dilakukan tepat sehari sebelum pernikahan berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk membuat wajahnya lebih berseri, membuat tubuh harum, serta mengurangi keringat sehingga tidak mengganggu prosesi pernikahan.
Air yang digunakan merupakan air khusus sudah diberi tambahan ramuan seperti kembang setaman, akar wangi, daun mangkokan, jeruk purut, daun sereh, hingga pandan wangi. Sebelum acara siraman dimulai biasanya akan digelar acara pengajian terlebih dahulu.
Ada beberapa acara perlu dijalani selama prosesi siraman bagi mempelai wanita. Di antaranya yaitu:
- Pihak wanita mengenakan pakaian kebaya atau kain sarung
- Rambutnya pun dikonde atau ditutup dengan kerudung tipis
- Sebelum siraman, ia harus meminta doa resttu kepada orang tua
- Berjalan menuju ke tempat siraman diiringi shalawat badar
- Duduk pada kursi rotan tengahnya di beri lubang
- Untuk menghindari panas, diberi tikar pandan sebagai penutup
- Proses penyiraman air dengan diiringi sholawat serta zikir
6. Tangas (Kum)
Proses siraman saja tidak cukup untuk membersihkan tubuh dari mempelai wanita. Dibutuhkan proses pembersihan lainnya yang dinamakan Tangas atau kadang disebut sebagai Kum.
Jadi, setelah siraman, pihak calon mempelai wanita akan melakukan tangas atau upacara mandi uap berfungsi untuk menghilangkan berbagai jenis sisa lulur masih menempel di kulit. Uap hangat adapun akan memberikan relaksasi sehingga bisa lebih santai atau tidak gugup saat proses pernikahan di hari keesokannya.
7. Potong Centung (Ngerik)
Jika tubuh telah bersih, maka selanjutnya perlu melakukan ngerik atau potong centung. Yakni proses pemotongan bulu-bulu halus atau bulu kalong berada di wajah, pelipis, kening, leher, dan tengkuk. Potong centung umumnya dilakukan saat hari H atau sehari sebelumnya setelah prosesi tangas.
Proses ini pun tidak asal-asalan. Melainkan harus disediakan kain putih sepanjang 2 meter sebagai alas, air putih yang berisi bunga mawar sebagai membilas alat cukur, dua keping uang logam sebagai batas centung, tempat sirih dengan isinya, serta kembang setaman.
8. Malam Pacar
Pacar dimaksud di sini merupakan pacar yang digunakan untuk mewarnai kuku tangan dan kuku kaki dari si mempelai wanita. Kegiatan ini dilakukan di malam hari sebelum pernikahan berlangsung. Biasanya, banyak orang hadir untuk melihatnya baik tetangga sekitar hingga keluarga besar.
Ritual ini dipandu oleh tukang piare. Proses pewarnaan pacar sendiri pun tidak hanya berlaku bagi pihak mempelai wanita, namun juga bagi ibunya, saudaranya, kerabat, hingga sahabat dekatnya. Pihak peremuan juga akan dirias dengan style None yang mengenakan kebaya encim dan riasan tipis.
Nah, bahan-bahan perlengkap yang digunakan untuk ritual ini pun sangat banyak. Di antaranya ada:
- Bantal
- Daun pisang sebagai alas tangan
- Bumbu dapur
- Beras diletakkan di bakul
- Kapur sirih
- Pisang raja
- Kue basah Betawi
- Garam
9. Ngerudat (Ngarak)
Di hari pernikahan, mempelai pria akan menjalani proses ngerudat. Yakni mengiringi pernikahan dengan iring-iringan lengkap dengan ondel-ondel dan baju khas Betawi. Jika mempelai pria akan tiba, maka di kediaman mempelai wanita akan menyalakan petasan mercon brondong sebagai simbol penyambutan.
Rudat sendiri harus memenuhi syarat kelengkapan rombongan seperti dua orang lelaki sebagai juru bicara, dua orang berpakaian pangsi sebagai pengawal, calon tuan mantu, tiga orang berpakaian sadaria membawa lamaran, tiga orang membawa seserahan, calon tuan mantu diapit paman dari nyak dan babe, serta rombongan rebana & ondel-ondel.
10. Palang Pintu
Begitu tiba di rumah mempelai wanita, pihak calon pengantin laki-laki tidak boleh langsung masuk ke dalam rumahnya. Melainkan harus mengikuti tradisi palang pintu. Di sini, palang pintu dijaga oleh jawara berasal dari none mantu. Jadi, pihak laki-laki harus melawannya dengan tuan raje muda.
Sebelum uji kemampuan silat, mereka akan berbalas pantun yang berisi nasehat-nasehat tentang kehidupan rumah tangga. Jika pihak jawara laki-laki berhasil mengalahkan jawaran dari pihak peremuan, maka tandanya sudah selesai serta dilakukan pembacaan solawat serta doa.
11. Akad Nikah
Dalam pernikahan adat Betawi, umumnya pelaksanaan akad nikah dilakukan pada hari Jumat sesuai tuntunan Nabi. Pelaksanaannya sendiri digelar setelah solat Jumat berlokasi di rumah calon pengantin wanita. Namun, ada juga yang datang langsung ke KUA untuk menghemat biaya pemanggilan penghulu.
Proses akad nikah sendiri tak jauh berbeda dengan akad nikah lainnya. Prosesnya hanya membutuhkan paling lama 30 menit. Intinya adalah pihak pengantin laki-laki meminta izin kepada ayah dari pengantin wanita untuk menikahinya.
12. Di Puade
Setelah keduanya sah menjadi suami istri baik secara agama, adat, maupun negara, maka pengantin laki-laki akan memberi uang sembah adat Betawi dengan diselipkan pada sirih dare sebagai lambang cinta kasih sayangnya.
Setelah itu, ia akan membuka roban tipis atau cadar pengantin perempuan. Setelah itu, akan melakukan sembah pangabekti kepada orang tua masing-masing dan orang tua pasangan dengan cara mencium tangannya. Lalu mereka para orang tua akan memberikan suapan nasi kuning sebagai tanda suapan terakhir untuk anak-anak mereka.
13. Acare Negor
Setelah akad nikah atau sehari setelahnya, pihak mempelai laki-laki akan menginap di kediaman mempelai wanita. Walaupun tidur bersama, namun pada masa ini belum diperkenankan untuk berhubungan suami istri.
Si pihak perempuan akan melakukan berbagai kebutuhan sehari-hari untuk si suaminya. Di antaranya yaitu mempersiapkan makanan dan minuman, mencuci bajunya, dan menyiapkan peralatan mandinya. Kemudian, sang suami akan memberikan uang negor yang diletakkan di bahwa taplak meja.
Biaya Pernikahan Adat Betawi Terbaru
Apabila dihitung secara realistis, biaya pernikahan Adat Betawi sangatlah mahal. Kalian bisa melihat sendiri masing-masing rangkaian prosesi di atas tentunya membutuhkan biaya sangat besar. Sedangkan nikah di KUA relatif lebih murah dikarenakan pihak pemerintahan akan memberikan pembiayaan secara gratis.
Di luar mas kawin atau tentunya membutuhkan setidaknya ratusan juta rupiah. Namun hal ini tentunya dipengaruhi oleh seberapa mewah pernikahan diinginkan. Nah, untuk tipe sedang dengan lokasi pernikahan di rumah mempelai wanita, maka biaya dibutuhkan kurang lebih:
Jenis | Biaya |
Sewa Pakaian Adat Betawi Lengkap | Rp 15.000.000 |
Dekorasi Pernikahan | Rp 25.000.000 |
Undangan (100) | Rp 500.000 |
Souvenir (100) | Rp 500.000 |
Rangkaian Adat Betawi | Rp 35.000.000 |
Jasa Catering (150) | Rp 7.500.000 |
Juru Bicara (MC) | Rp 2.500.000 |
Jasa Fotografi | Rp 7.000.000 |
Musik dan Hiburan | Rp 8.000.000 |
Biaya Lain-Lain | Rp 10.000.000 |
Total | Rp 111.000.000 |
Kesimpulan
Perlu kalian tahu, biaya nikah adat Betawi di atas belum termasuk biaya mas kawin dan sebagainya. Untuk rangkaian adat Betawi memang biayanya cukup besar karena membutuhkan banyak orang, banyak tradisi, dan juga banyak sesuatu kebutuhan.
Itulah rincian biaya pernikahan adat Betawi dari biayanikah.com yang perlu diketahui bila memang ingin menjalaninya bersama pasangan tercinta.